0

Chapter of My Life ; Part 3 - Me, Purpose and Wishes

Sifat pertamaku adalah Pelit. Kuakui dari kecil aku emang pelit pada semua orang bahkan sama adik ku sendiri. Ngga tau kenapa ini turunan dari siapa atau ketularan siapa tapi tanpa kusadari sifat pelitku itu ada baiknya buatku di kemudian hari. Jadi kalo kusimpulkan itu kayak warning aja, secara spontan aja aku bilang TIDAK kalo ada yang meminta sesuatu dariku, tapi besok-besoknya  aku baru sadar kalo sesuatu yang aku miliki ini berguna buatku. Jadi bingung, apakah ini sifat Pelit atau menjaga sesuatu yang kita punya. Yah, whatever lah.


    Pasal kedua dalam sifatku dasarku adalah Pemalas. Malasku tuh unik dan sering kumat. Yap, aku sangat malas untuk diajak keluar hang out. Sekali sekali sih iya aku mau untuk sekedar refreshing, tapi jika kalian mengajak aku tapi aku tak datang, yah pahamilah itu berarti aku sedang kumat dan bukan berarti menolak ajakan kalian atau sedang tak punya uang. Itu memang aku sedang benar-benar ingin menghabiskan waktu dirumah. Pernah tuh waktu masih SMP, bapakku sampia bingung ngeliat kelakuanku. Anak-anak yang seumuranku pada menghabiskan waktu keluar rumah entah itu malam minggu atau liburan, eh aku malah dirumah, maen PS, tidur, maen PS lagi. Mungkin saking nggak tahannya beliau ngelihat tingkahku, beliau jadi rajin nyuruh akau keluar. Sampai kuliahpun kadang bapak nanyain aku nggak keluar kemana gitu, kok kerjaanku tidur aja dirumah. Hahaha. Makasih ya paaak.
    Bukan tanpa kegiatan apa-apa aku mengabiskan banyak terbuang di kamar. Aku suka membaca, menulis di komputer ato laptop, maen gitar, mengotak-atik software digital. Tapi paling sering yah membaca itu tadi. Apa aja kubaca, entah itu bacaan lawas, buku  pelajaran adik ku ato artikel terbaru hasil copas-pastes dari internet.  Dari kecil aku udah terbiasa sama membaca sesuatu dan itu bukan membaca pikiran orang. Hahaha. Kayak Deddy Corbuzier lak’an.
    Ketiga adalah Anti-Perfeksionis. Jujur aja, aku memang selalu tampil sempurna, pake pakaian serba mewah, parfum kelas atas dan lain lain yang serba perfect. Tapi nyatanya, aku memang tidak ditakdirkan untuk suka belanja barang mahal. Kupikir-pikir, Allah memang benar memberiku tampang pas-pasan seperti ini, pernah kupaksa untuk tampil perfect yang ada malah keliatan kayak orang gaptek. Memang aku tidak cocokdalam gaya hidup tersebut. Hahaha. Jangankan gaya hidup, pola hidup perfeksionis pun nggak sama sekali buatku. Liat aja kamarku, sekali-sekali aja aku bersihin kamarku, nyatanya aku lebih nyaman aja dengan kondisi kamar berantakan.  Pakaian bagusku pun dapat dihitung. Kalau kamu memang bener-bener mengenal aku, kamu pasti tau yang mana aja pakaianku. Hehehe.
    Sorry friend, bukan maksud untuk sombong atau munafik. Mungkin aku memang ditakdirkan “ memiliki sedikit pakaian “ tapi jangan marah bila “ lemari di otakku “ melebihi lemari otak kalian. Aku memang tidak pintar, namun aku memiliki ingatan yang lebih terhadap apa yang kulihat, kubaca dan kudengar. Guys, Allah Maha Adil. Aku bersyukur aku telah diberi anugerah seperti ini.
    Memang sih, semasa SMP hingga SMA aku nggak terlalu pintar dalam pelajaran. Kadang aku juga berpikir sampai kapan aku akan terus-terusan seperti ini. Aku udah berjanji, aku akan selalu belajar pada apa yang kudapat pada bangku perkuliahan ini. Meskipun hanya sebatasa Diploma dan bukan Sarjana, aku sangat ingin setelah kuliah ini selesai, aku mendapat pekerjaan yang tentu saja itu bidangku yang akhirnya aku mempunyai penghasilan sendiri dan bisa menghidupi keluargaku di rumah.
    Jujur, Ibu menyuruh aku untuk meneruskan kuliah pada jenjang Sarjana, kuhargai itu tapi dalam hati aku berkata ini sudah sangat lebih dari cukup. Biarkan setelah lulus nanti aku mencari pekerjaan yang layak, hingga ada saatnya nanti aku akan melanjutkan kuliahku lagi. Why Not ? kuliah tidak memandang usia bukan ?! Aku ingin hidup mapan dulu, membahagiakan orangtua dan adikku, barulah kusenangkan diriku . Aku tidak begitu menggubris mereka-mereka yang  duduk di bangku Sarjana, buatku titel bukanlah tujuan dan kebanggaan dalam hidup. Maaf kalo terdengar kasar tapi jangan salahkan aku kalo ini memang fakta yang terjadi. Buat apa jika anda mempunyai titel sarjana namun pada akhirnya anda tidak memiliki pekerjaan atau konotasinya adalah pengangguran. Ironisnya sekarang, banyak orang tidak tidak ber-titel atau bahkan tidak “sempat” menyelesaikan pendidikan SMA’nya namun mereka memiliki kemampuan dan kemauan, berhasil mendapatkan pekerjaan atau bahkan membuka lapangan pekerjaan.  Rumus sederhana’nya adalah seperti ini ; Besok setelah lulus diploma ini, aku akan mencukupi sementara jenjang perkuliahan ini.  Kucari pekerjaan atau perkerjaan yang mencariku, aku hidup mapan Insya Allah, kembali berkuliah,  married dan menikmati sisa umur bersama anak istriku jika Allah memberiku umur lebih.
    Karena bagiku, tujuan hidup adalah saat dimana aku bisa membahagiakan anak istriku kelak, dan bukan membanggakan akan prestasi akademik perkuliahan, tapi aku akan lebih membanggakan diriku sendiri saat nanti aku bisa memberangkatkan kedua orangtuaku untuk pergi haji. Itulah tujuan hidupku. Aku pribadi berpikir bahwa tujuan hidup jangan dikejar, biarkan mereka yang datang pada kita karena keteguhan kita dalam memperjuangkan hidup kita. Ah, memang benar orang bijak berkata bahwa hidup adalah perjuangan. Yah, i agree with that quotes !!
    Bagiku, hidup adalah perjuangan, hidup adalah tantangan yang harus kuhadapi dan bukan kuhindari. Nikmatilah hidupmu dan miliki artinya dengan semua keindahan yang bisa kamu ciptakan sendiri dalam hatimu.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top Blogger Widgets